Oleh. Jhon Bastian Kogoya
MAJALAH GURIKA WONE.Blogspot.com | Abepura, 19 Agustus 2021, waktu Papua 13.00 Wit. Saya jalan kaki dari kotaraja ke Abepura, pada hari Kamis siang. Karena haus, saya belok haluan ke toko supermarket untuk membeli minuman mineral.
Namun saya merasa gugup, kerena semua orang melihat saya dengan sindiran, dan menjauhi dari saya. Semuanya menutup hidung, seolah saya sangat bau.
Mungkin karena saya tidak memakai alas kaki, sepatu atau sandal jepit. Atau karena saya memakai celana pendek seperti orang gila,,,, begitulah saya di pandang orang.
Saya belum masuk ke toko, Mala satpam mengusir saya;
"Weee pergi sana, mau minta apa datang kesini".
Saya menjelaskan:
"Saya mau beli minuman pak"
Dengan nada kasarnya, satpam menanyakan;
"mana uang mu"
Saya memberikan uang sepuluh ribu
"Ini uangnya, pak"
"Yooo, tunggu situ eeee"
Dengan kata kasarnya, satpam menyuruh saya tunggu di luar.
Setelah satpam belanja minuman mineral, ia memberikan ku dengan muka masam, Ia dengan kasar menyuruhku pergi.
"Weeiii sini, ini minuman mu. Sudah to, ko pergi sana".
Orang lain berbisik
"Itu, dia orang gila, awas jangan dekati".
Kata salah satu orang yang tidak jauh dari saya. Saya mendengarnya, mereka menyebutkan saya orang gila.
Saya justru tersenyum kepada mereka, dan mengatakan
"Terimakasih, saya memang orang gila".
Walaupun saya kesal tapi,,,,,
Saya pergi dengan ucapan syukur, sambil merenungkan apa yang saya barusan alami. Di siang hari itu terasa dingin, walau terik matahari membakar tubuh-Ku.
Saya merasa bodoh, saya tidak meminum air mineral itu, justru menyiram air di jalan aspal panas sampai habis.
Setelah saya menyiram air mineral sampai habis di aspal panas, saya merasa lega dan berterima kasih kepada Tuhan. Terimakasih Tuhan, saya layak menerima perlakuan ini, syukur bagimu Tuhan.
Tolong jangan menilai orang karena penampilan. Dan janganlah menghina orang gila, karena orang gila pun, punya harga diri juga.
Itulah orang gila yang tidak menyimpan dendam. (r/y)
0 Komentar